Festival Jelajah Maumere Angkat UMKM dan Budaya Lokal

Selasa, 23 September 2025 | 16:06:42 WIB
Festival Jelajah Maumere Angkat UMKM dan Budaya Lokal

JAKARTA - Sebanyak 80 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ikut serta dalam Festival Jelajah Maumere (FJM) yang digelar di Lapangan Umum Kota Baru, Maumere, Kabupaten Sikka. Kehadiran mereka membawa warna tersendiri bagi festival yang berlangsung selama empat hari penuh.

UMKM peserta festival datang dari berbagai desa dan kecamatan di Sikka. Mereka menampilkan beragam produk khas daerah, mulai dari kuliner tradisional, kerajinan tangan, hingga olahan yang berbasis tenun ikat sebagai warisan budaya.

Kreativitas Kuliner Tradisional di Panggung Festival

Rila Gobang, pelaku UMKM asal Desa Wolonwalu, Kecamatan Bola, menjadi salah satu contoh antusiasme peserta. Bersama timnya, ia membawa pangan lokal seperti ubi bakar, lawar, sate pepaya, dan jagung bunga. Menu tersebut sekaligus memperlihatkan kekayaan kuliner masyarakat setempat.

Partisipasi UMKM seperti Rila tidak hanya memperkaya variasi produk, tetapi juga memperkuat identitas kuliner daerah. Festival ini pun menjadi ajang promosi yang menjembatani masyarakat dengan produk lokal yang kian berkembang.

Makna Filosofi Tema Wini Ronan

Festival tahun ini mengusung tema “Wini Ronan” atau Lumbung Benih. Tema tersebut bukan sekadar slogan, melainkan mencerminkan filosofi bertani masyarakat Sikka yang mengutamakan kearifan lokal.

Selain itu, tema tersebut menjadi pengingat pentingnya menjaga warisan budaya pertanian di tengah arus modernisasi. Kehadiran Wini Ronan menekankan nilai gotong royong dan semangat melestarikan benih kehidupan.

Tradisi Agraris dan Identitas Etnik

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka, Even Edomeko, menegaskan bahwa FJM bukan sekadar ajang promosi pariwisata. Lebih dari itu, festival menjadi ruang pelestarian budaya yang kini semakin terdesak oleh perubahan zaman.

Beberapa tradisi agraris yang diangkat antara lain Sako Seng, yaitu gotong royong membuka lahan yang diiringi nyanyian dan tarian. Ada pula ritus Wotan Wurat, Segang, dan Fu Teu yang merupakan bagian dari praktik adat masyarakat setempat.

Pertunjukan Seni dan Simbol Kebersamaan

Selama festival berlangsung, pengunjung disuguhi pertunjukan seni serta perlombaan budaya. Lima etnik utama di Sikka—Tana Ai, Krowe, Lio, Palue, serta kelompok pendatang Bugis dan Bajo Buton—ikut mempersembahkan identitas masing-masing.

Masing-masing etnik membawa benih lokal dari daerah asal mereka. Benih tersebut disimpan secara simbolis dalam Wini Ronan, sebuah lumbung tradisional yang dibangun di depan Kantor Dinas Pariwisata sebagai lambang persatuan.

Momentum Ekonomi dan Generasi Muda

Selain suguhan budaya, festival ini juga menghadirkan hiburan musik dengan penampilan musisi lokal, seperti Moodbreakers, Metal Zone Band, dan Kevin Remixer feat Oliva Helmin. Kehadiran mereka membuat suasana festival semakin hidup dan dekat dengan masyarakat.

Even berharap, Festival Jelajah Maumere mampu menjadi momentum penting bagi pemulihan ekonomi melalui UMKM sekaligus memperkuat identitas budaya Sikka. Generasi muda pun dilibatkan secara aktif agar terus belajar menjaga warisan budaya leluhur.

Terkini