Transformasi Lahan Bekas Tambang Menjadi Lumbung Padi Subur

Rabu, 24 September 2025 | 14:11:25 WIB
Transformasi Lahan Bekas Tambang Menjadi Lumbung Padi Subur

JAKARTA - Lazimnya, bekas tambang batu bara meninggalkan galian besar dan tanah yang gersang, tidak cocok untuk bercocok tanam. Namun, kondisi berbeda terlihat di Site Embalut, bekas tambang PT Kitadin, anak usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG).

Terletak di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Site Embalut mulai beroperasi pada 1983. Tambang ini menghasilkan batu bara sub-bituminus dengan kalori 5.850 kkal/kg. Konsesi seluas 2.973 hektare telah memasuki masa pascatambang sejak 25 Februari 2022.

Kini, tiga tahun pascatambang, lanskap Embalut mulai menghijau. Galian sisa tambang berfungsi sebagai void yang menampung air untuk irigasi. Lahan bekas tambang dialihfungsikan untuk peternakan sapi, ayam, serta perkebunan buah seperti pepaya dan buah naga.

Pemanfaatan Lahan Pascatambang

Dalam dokumen pascatambang, rencana penggunaan lahan dibagi: 74 ha untuk padi, 206 ha untuk ternak sapi, 26,5 ha kebun buah, 100 ha jagung, 113 ha pakan ternak, dan 4,17 ha peternakan ayam. Bonifasius Tipa, Kepala Teknik Tambang PT Kitadin, menekankan bahwa pengembangan lahan dilakukan agar bisa dimanfaatkan masyarakat setempat.

Kerja sama dilakukan dengan IPB untuk pemetaan lahan pascatambang. Analisis mencakup sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan pariwisata. Hingga semester I/2025, pemulihan lahan mencapai 86,45%, dan ditargetkan selesai pada kuartal II/2027 agar dapat dialihtangankan ke pemerintah.

Boni menambahkan, “Kita harapkan image masyarakat yang melihat tambang merusak bisa kita hilangkan. Kalau dilakukan serius, tambang bisa menjadi sesuatu yang luar biasa.”

Peternakan dan Pertanian Menghidupkan Ekonomi Lokal

Saat ini, Embalut memiliki peternakan ayam petelur yang mulai dipanen setiap hari, serta ternak kambing sebanyak 128 ekor. Kotoran hewan diolah menjadi pupuk kompos untuk sawah dan kebun. Peternakan dikelola koperasi karyawan, sementara lahan pertanian melibatkan masyarakat setempat.

Sektor pertanian menunjukkan progres signifikan. Produktivitas padi di Embalut mencapai rata-rata 4,8 ton gabah kering giling (GKG) per hektare, dengan irigasi dari void memungkinkan dua kali panen per tahun. Artinya, dari 74 ha lahan, potensi produksi padi bisa mencapai 710,4 ton GKG setahun.

PT Kitadin membina 129 petani yang tergabung dalam tujuh kelompok tani. Modal awal diberikan untuk tiga kali panen, dan kini sudah memasuki musim tanam ketiga. Salah satu petani, Yasim (54), mengaku hasil panennya meningkat drastis dari 20% pada awalnya menjadi 100% pada musim ketiga.

“Dulu saya hanya bekerja serabutan di tambang lain, pendapatan tidak tentu. Sekarang bisa panen rutin dan menghasilkan Rp12 juta per musim, cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar Yasim.

Gedhe (25), anggota kelompok tani jagung pipil untuk pakan ternak, juga merasakan manfaat. Ia sebelumnya bekerja di tambang lain dan sempat menganggur setelah PHK. “Dapat lahan jagung di Embalut, lumayan ada penghasilan lagi,” kata Gedhe.

Kontribusi Terhadap Produksi Padi Daerah

Lahan pascatambang Embalut kini menjadi penyumbang produksi padi Kabupaten Kutai Kartanegara. Treisjane Leleng, Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian, menyebut Kecamatan Tenggarong Seberang menyumbang 13% produksi kabupaten, sementara Kabupaten Kutai Kartanegara menyumbang 30% produksi provinsi.

Sepanjang 2024, produksi padi di Kalimantan Timur mencapai 249.640 ton GKG, meningkat 9,99% dibandingkan 2023 yang sebanyak 226.970 ton. Jika dikonversi menjadi beras, total produksi tercatat 145.210 ton, juga naik 9,99% dari tahun sebelumnya. Kabupaten Kutai Kartanegara, Paser, dan Penajam Paser Utara menjadi tiga wilayah dengan produksi padi GKG tertinggi.

Treisjane menekankan, “Kutai Kartanegara mengandalkan Tenggarong Seberang sebagai lumbung pangan. Ini lumbung padi utama bagi kabupaten.”

Dengan pemanfaatan lahan bekas tambang menjadi produktif, PT Kitadin tidak hanya menutup siklus pertambangan dengan tanggung jawab lingkungan, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat lokal. Program ini menunjukkan bahwa tambang pascatambang bisa menjadi sumber kehidupan baru, bukan hanya galian gersang yang terlupakan.

Terkini