Pertamina

Pertamina Fokus Efisiensi Lewat Spin Off Bisnis Non-Core

Pertamina Fokus Efisiensi Lewat Spin Off Bisnis Non-Core
Pertamina Fokus Efisiensi Lewat Spin Off Bisnis Non-Core

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) tengah menjalankan langkah besar dalam menata arah bisnisnya. Perusahaan energi pelat merah ini tidak hanya memperkuat fokus di sektor minyak dan gas bumi (migas) serta energi baru terbarukan (EBT), tetapi juga melakukan restrukturisasi portofolio melalui spin off sejumlah unit usaha non-core.

Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menegaskan bahwa strategi ini akan membuat setiap lini bisnis lebih efektif dan efisien. “Dengan demikian untuk beberapa usaha kami akan spin off dan tentunya di bawah koordinasi dari Danantara akan kita gabungkan, clustering dengan perusahaan-perusahaan sejenis,” ujar Simon.

Spin Off Jadi Strategi Utama

Dalam pemaparannya, Simon menjelaskan bahwa ada beberapa unit usaha yang dianggap tidak termasuk dalam bisnis inti perusahaan. Unit-unit tersebut di antaranya adalah layanan kesehatan, hospitality, serta bisnis asuransi yang dijalankan melalui anak usaha Tugu Insurance dan Perta Life.

Langkah spin off ini dinilai penting agar perusahaan bisa lebih fokus pada bisnis utama yang memberikan kontribusi besar terhadap energi nasional. Selain itu, unit-unit non-core diharapkan bisa tumbuh lebih cepat ketika digabungkan dengan perusahaan sejenis di bawah pengelolaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Restrukturisasi ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk merampingkan portofolio BUMN, sehingga tidak ada lagi tumpang tindih usaha yang justru membebani kinerja keuangan perusahaan negara.

Arahan Danantara dalam Konsolidasi

Menurut Simon, roadmap pengembangan bisnis non-core sepenuhnya akan mengikuti arahan dari BPI Danantara. Lembaga ini bertugas mengelola dan mengonsolidasikan aset non-core agar tetap memberi nilai tambah bagi ekosistem energi nasional.

“Setiap langkah pengembangan non-core business nantinya akan diarahkan dan dikelola langsung oleh BPI Danantara,” ungkap Simon. Dengan begitu, Pertamina dapat tetap fokus pada sektor migas dan EBT yang menjadi penopang utama transisi energi di Indonesia.

Keterlibatan Danantara menjadi penting karena lembaga ini memiliki strategi konsolidasi melalui merger dan akuisisi. Dengan pengelolaan yang lebih profesional, unit-unit usaha non-core Pertamina bisa lebih bersaing di pasar.

Rencana Akuisisi di Sektor Asuransi

Restrukturisasi portofolio ini sebenarnya sudah mulai terlihat sejak Mei 2025 lalu. Saat itu, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. atau Tugu Insurance mengungkapkan tengah mengkaji rencana akuisisi PT Perta Life Insurance.

Informasi yang beredar menyebutkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari reorganisasi bisnis asuransi milik Pertamina. Dengan adanya penggabungan, diharapkan layanan asuransi bisa lebih terintegrasi dan efisien.

Selain itu, BPI Danantara juga menyiapkan strategi untuk merampingkan perusahaan asuransi pelat merah melalui skema merger. Targetnya, konsolidasi ini dapat rampung pada akhir tahun 2025 sehingga peta bisnis asuransi BUMN menjadi lebih sederhana dan kuat.

Efisiensi dan Nilai Tambah

Menurut Simon, tujuan utama dari seluruh langkah ini adalah menciptakan efisiensi dan memberikan nilai tambah bagi ekosistem BUMN energi. Bisnis non-core tetap penting, tetapi tidak bisa dikelola dengan model yang sama seperti bisnis migas dan EBT.

Dengan spin off dan konsolidasi, setiap unit bisnis dapat beroperasi lebih fokus pada pasar yang digarap. Efisiensi biaya dan peningkatan efektivitas diharapkan bisa tercapai, tanpa mengurangi kontribusi terhadap Pertamina maupun negara.

Strategi ini sekaligus memperlihatkan bagaimana Pertamina menata diri untuk menghadapi era transisi energi. Fokus pada core business migas dan EBT tidak boleh terganggu, sementara unit non-core tetap diberi ruang untuk berkembang di bawah payung Danantara.

Pertamina di Era Transisi Energi

Sebagai perusahaan energi terbesar di Indonesia, Pertamina memegang peran vital dalam menjaga ketahanan energi nasional. Tantangan transisi energi membuat perusahaan harus menyeimbangkan antara kebutuhan energi fosil yang masih dominan dan pengembangan EBT yang terus didorong pemerintah.

Dengan strategi spin off ini, Pertamina berupaya menjaga keseimbangan tersebut. Core business tetap diperkuat, sementara unit non-core bisa memberikan kontribusi melalui jalur pengelolaan yang lebih tepat sasaran.

Ke depan, arah kebijakan ini juga diharapkan mampu meningkatkan daya saing Pertamina di kancah global. Dengan struktur bisnis yang lebih ramping, perusahaan akan lebih lincah dalam mengambil keputusan dan beradaptasi terhadap dinamika pasar energi dunia.

Restrukturisasi portofolio bisnis Pertamina melalui spin off unit non-core menjadi langkah strategis untuk menghadapi tantangan masa depan. Fokus pada migas dan EBT tetap terjaga, sementara bisnis lain yang bukan bagian inti diarahkan ke jalur konsolidasi bersama Danantara.

Dengan strategi ini, Pertamina tidak hanya menjaga efisiensi internal, tetapi juga membuka peluang lebih besar bagi pengembangan unit-unit usaha yang bisa memberi nilai tambah. Pada akhirnya, arah baru ini akan membawa perusahaan menuju kinerja yang lebih sehat dan berdaya saing tinggi di tengah dinamika energi global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index