JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS, Hendry Munief, menegaskan pentingnya peran Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) UMKM untuk memperkuat pengembangan usaha kecil dan menengah di Riau. Menurutnya, pengalaman dari berbagai daerah menunjukkan bahwa PLUT mampu meningkatkan produktivitas pelaku usaha secara signifikan.
Ia mencontohkan PLUT UMKM di Kabupaten Bandung yang dikunjungi beberapa waktu lalu. Di sana, peran PLUT terlihat nyata dalam mendukung peningkatan produktivitas para pelaku usaha. Hendry pun berharap agar model tersebut dapat diterapkan juga di wilayah pemilihannya, Riau.
Kondisi PLUT UMKM di Riau Saat Ini
Hingga saat ini, Riau baru memiliki dua PLUT di tingkat kabupaten serta satu di tingkat provinsi. Keberadaan fasilitas tersebut dinilai belum mencukupi untuk menjawab kebutuhan pelaku UMKM yang jumlahnya terus bertambah.
Hendry menyatakan siap berkoordinasi dengan kepala daerah agar program penguatan PLUT bisa berjalan lebih optimal. Upaya ini diharapkan mampu memperluas akses pembinaan dan pendampingan bagi para pelaku usaha di Riau.
Kolaborasi Anggaran untuk Percepatan Program
Salah satu tantangan dalam pengembangan PLUT adalah pembiayaan. Namun, menurut Hendry, hal tersebut dapat diatasi dengan skema kolaborasi anggaran. Ia mendorong adanya kerja sama antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, hingga sektor swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
“Untuk pembiayaan bisa diupayakan sharing budget, mengkolaborasikan antara pemda, CSR, hingga pemerintah pusat. Kolaborasi budget sangat memungkinkan,” tegas Hendry. Dengan sinergi ini, keberlanjutan program penguatan UMKM bisa lebih terjamin.
Transformasi Digital Melalui E-PLUT
Selain memperluas jaringan PLUT, Hendry juga mengusulkan adanya pengembangan berbasis digital atau e-PLUT. Model layanan ini mencakup konsultasi, pemasaran digital, hingga e-learning yang dapat menjangkau pelaku UMKM tanpa batasan wilayah.
Menurutnya, langkah ini penting untuk menyesuaikan kebutuhan zaman, di mana digitalisasi menjadi salah satu kunci peningkatan daya saing usaha kecil dan menengah. Dengan e-PLUT, pelaku UMKM dapat memperoleh pembinaan secara lebih cepat, praktis, dan efisien.
Sentra Tematik dan Inkubasi Bisnis
PLUT, lanjut Hendry, juga dapat dikembangkan dengan sentra tematik yang berbasis pada potensi lokal. Di Riau, potensi tersebut mencakup olahan sagu, tenun Melayu, dan produk perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Tidak hanya itu, PLUT bisa dikolaborasikan dengan universitas dan pesantren untuk menjadi inkubator bisnis. Dengan pendekatan ini, lahirnya wirausaha muda yang inovatif dapat semakin dipercepat sekaligus memperkuat ekosistem kewirausahaan daerah.
Menuju Konsep Green and Sustainable PLUT
Dalam jangka panjang, Hendry menekankan bahwa PLUT harus bertransformasi menuju konsep ramah lingkungan atau Green and Sustainable PLUT. Fasilitas ini nantinya akan mendorong UMKM untuk menjalankan praktik usaha yang selaras dengan keberlanjutan lingkungan.
Konsep tersebut bukan hanya tren global, tetapi juga kebutuhan mendesak agar UMKM tetap relevan dan kompetitif. Dengan pendekatan hijau, UMKM di Riau dapat memperluas pasar hingga tingkat internasional, sejalan dengan tuntutan konsumen modern yang semakin peduli pada aspek lingkungan.