JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) semakin serius memperluas portofolio energi baru terbarukan (EBT) melalui anak usahanya.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam melakukan diversifikasi bisnis yang berorientasi pada keberlanjutan. Fokus PTBA kini bukan hanya pada batubara, tetapi juga pada pengembangan energi bersih sebagai bentuk komitmen terhadap transisi menuju ekonomi hijau nasional.
Melalui anak perusahaan, PT Bukit Energi Investama, PTBA meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Timah Industri dengan kapasitas 303,1 kWp di Kawasan Industri Cilegon, Banten.
Proyek ini menjadi simbol komitmen PTBA untuk beradaptasi terhadap tren energi bersih global sekaligus memperkuat posisi perusahaan sebagai pelaku utama dalam transisi energi nasional.
Pembangunan proyek PLTS ini menegaskan bahwa PTBA tidak hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga berupaya memperkuat pondasi bisnis yang lebih tahan terhadap fluktuasi pasar energi fosil.
Kerja Sama Strategis Antara BUMN Energi dan Industri Nasional
Proyek PLTS Timah Industri merupakan hasil kolaborasi antara PT Bukit Energi Investama, Krakatau Chandra Energy, dan Timah Industri. Sinergi antar-BUMN ini menjadi langkah konkret dalam memperkuat ketahanan energi nasional berbasis sumber daya bersih.
Analis Ina Sekuritas, Arief Machrus, menyebutkan bahwa proyek ini meningkatkan kapasitas energi surya terpasang PTBA menjadi 1 MWp. Ia menilai, kerja sama tersebut adalah tonggak penting dalam perjalanan PTBA menuju model bisnis rendah karbon dan berkelanjutan.
“Hal ini mendukung tujuan energi terbarukan nasional sekaligus menjadi tolok ukur kolaborasi antar-BUMN dalam memperkuat ketahanan energi,” ujar Arief.
Melalui proyek-proyek serupa, PTBA diharapkan dapat memperluas kontribusinya pada pengembangan energi hijau di Indonesia. Selain memperkuat reputasi, sinergi ini juga membuka peluang untuk ekspansi di sektor industri energi terbarukan yang semakin kompetitif.
Dampak Finansial Belum Signifikan, Namun Bernilai Strategis
Meski ekspansi energi terbarukan dinilai belum memberikan kontribusi besar terhadap laba perusahaan dalam jangka pendek, langkah ini dipandang sangat strategis. Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menilai bahwa pengembangan EBT akan memperkuat profil environmental, social, and governance (ESG) PTBA di mata investor global.
“Langkah ini strategis untuk memperkuat ESG profile, akses pembiayaan hijau, dan diversifikasi jangka panjang,” ungkap Sukarno. Dalam jangka panjang, proyek seperti PLTS Timah Industri akan memperkuat daya saing PTBA di tengah pergeseran global menuju energi bersih.
Dengan meningkatnya kesadaran pasar terhadap isu keberlanjutan, investasi di sektor EBT juga akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Akses ke pendanaan hijau dan potensi kemitraan internasional menjadi peluang yang semakin terbuka bagi PTBA.
Fondasi Bisnis Jangka Panjang dan Target Ambisius PTBA
Fundamental Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, menyatakan bahwa ekspansi ke energi terbarukan akan memperkuat fondasi bisnis jangka panjang PTBA.
Secara finansial, kontribusinya terhadap pendapatan memang masih terbatas mengingat skala proyek yang relatif kecil dibandingkan bisnis batubara. Namun, secara strategis, hal ini membuka peluang besar untuk pertumbuhan masa depan.
“Dalam jangka panjang, langkah ini diharapkan menjadi pondasi bagi diversifikasi pendapatan yang lebih berkelanjutan,” ujar Abida. Ia menambahkan bahwa proyek PLTS dan energi biomassa menjadi fokus PTBA dalam mencapai target 30% pendapatan dari sektor EBT pada tahun 2030.
Selain itu, transisi ini juga memperkuat daya tarik PTBA di mata investor institusional yang menekankan investasi berkelanjutan. Dengan strategi tersebut, PTBA menempatkan dirinya sebagai salah satu BUMN energi yang siap menghadapi pergeseran global menuju ekonomi hijau.
Pandangan Pasar dan Prospek Saham PTBA di Tengah Transisi Energi
Meski transformasi ke energi terbarukan menjadi fokus jangka panjang, saham PTBA tetap menarik di pasar modal. Abida menilai bahwa saham PTBA masih tergolong murah dengan fundamental yang solid serta catatan laba yang konsisten. Hal ini menjadikan saham PTBA masih relevan untuk dilirik oleh investor yang mencari keseimbangan antara profitabilitas dan keberlanjutan.
Sementara itu, Sukarno menilai investor tetap perlu mencermati beberapa faktor eksternal seperti tren harga batubara global, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), biaya produksi, dan risiko cuaca. Faktor-faktor ini masih menjadi penentu utama terhadap kinerja keuangan PTBA dalam jangka pendek.
Hingga akhir tahun, Sukarno merekomendasikan hold saham PTBA dengan target harga Rp 2.300–2.400 per saham, dengan potensi kenaikan hingga Rp 2.600 jika harga batubara mengalami rebound. Sedangkan Abida memberikan rekomendasi buy dengan target Rp 3.100, dan Arief menyarankan add dengan target Rp 2.640 per saham.
PTBA Siap Hadapi Masa Depan Energi Hijau Nasional
Transformasi yang dilakukan PTBA menjadi bukti nyata bahwa perusahaan siap beradaptasi dengan arah kebijakan energi nasional yang menekankan keberlanjutan. Langkah ekspansi ke sektor EBT bukan hanya tentang diversifikasi bisnis, tetapi juga kontribusi nyata terhadap pengurangan emisi karbon dan pembangunan ekonomi hijau di Indonesia.
Dengan memanfaatkan potensi energi surya dan biomassa, PTBA tidak hanya memperluas sumber pendapatan, tetapi juga menegaskan peran BUMN dalam mendorong transisi energi bersih. Proyek PLTS Timah Industri hanyalah salah satu dari banyak langkah strategis yang akan memperkuat posisi PTBA di masa depan.
Melalui visi jangka panjang ini, PT Bukit Asam terus memperlihatkan komitmennya untuk tumbuh secara berkelanjutan. Di tengah perubahan global menuju energi hijau, PTBA bukan hanya mempertahankan kinerja keuangannya, tetapi juga menjadi contoh nyata transformasi BUMN menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berdaya saing tinggi.